Sunday 2 March 2014

“Tingkah Laku Unik Seorang Professor”



“Seluruh Caleg dan partai Politik diminta oleh KPU menyetorkan anggaran yang digunakan selama kampanye, pemasukan data berakhir pada bulan Maret depan...” suara itu semakin membesar, seolah-olah menusuk masuk dalam telingaku. Kubuka mataku, meskipun aku masih setengah sadar, terlihat disudut sana sebuah bayangan yang berwarna-warni ditemani dengan kata-kata tersusun rapi. Ku angkat kepalaku, kira-kira kurang lebih 15 derajat dan mataku pun terbelalak, ternyata suaru itu berasal dari sana, suara presenter berita Metro TV. Ku usap mataku, ku kerahkan semua konsentrasiku di pagi itu, aku pun melihat sesosok lelaki yang tengah ayik menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok, ia adalah senior kami di UKM. Ia begitu asyik menikmati tontonan di pagi itu. meskipun aku merasa terusik dengan suara berita yang begitu besar. Tak apalah, tak mungkin aku membentak seniorku, lagi pula saat itu sudah sangat pagi.
Sontak aku melirik jam yang ada di handphone-ku, hari itu, jam telah menunjukkan 07.45 Wita. Oh my god! oh godnest! Kata inilah yang sempat terucap dari bibirku, segera mungkin, aku beranjak dari pembaringan. Sikap cekatan pun menjadi langkah taktis di pagi itu. aku tidak tahu lagi apa yang harus kusimpan dan apa yang harus kuambil. “Magako Hatu?” salah satu dari temanku di sekret pun menegurku, tetapi itu hanyalah teguran, tak kuhiraukan, dalam pikiranku hanya terbersik wajah dosen yang sudah mengajar di kelas. “Aduuuhh, terlambat kah lagi ini.” sambil menyiramkan air dikepalaku, kata ini kian menemaniku di kamar mandi. Akhirnya selesai juga, meskipun mandi ala kebo, yang jelas di pagi itu aku mandi, tak kuhiraukan kata orang, yang penting aku senang, aku menang.
Lagi-lagi tetap dalam kondisi siap siaga, sikap cekatan yang paling mancur saat ini. aku melangkah menuju fakultas, entah itu langkah marmut, kecoa, singa,  tikus, semut sekalipun aku tidak peduli yang terpenting adalah sampai di kelas tepat waktu. Maklum sedikit jadi mahasiswa teladan. Anak tangga yang puluhan itu ku jadikan tingkat satuan, betapa tidak kelas kami di pojok sana, alias MKU, bosan terus belajar dengan suasananya seperti ini. “Assalamau alaikum!” , sial! Ternyata oh ternyata dosen belum datang juga, tapi sebuah kesyukuran juga karena aku tidak terlambat.
Selang beberapa menit, sesosok wanita dengan tentengan yang penuh di kedua tangannya, melangkah menuju kursi panas, begitu temanku menyebutnya, alias kursi dosen. Aku juga tidak tahu kenapa teman-temanku menamainya kursi panas. Lanjut cerita, dia adalah dosen kami yang mengajar di pagi itu, sebut saja Dr. Gusnwaty, M.Hum., dialah dosen favoritku, kedekatannya dengan mahasiswa menjadikan dia sebagai dosen terfavorit. Apalagi dia itu adalah salah satu dosen pembimbingku di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Mohon doa restunya semoga dapat sampai ke Pimnas, amin! Oh my god! Kenapa ini yang saya ceritakan, bukan maksud untuk pamer, tetapi sekedar sharing aja teman-teman.
Lanjut Guys! Mata kuliah pun sudah berakhir, dosen sudah beranjak dari tempatnya, belum beberapa menit dosen kami keluar, kegaduhan pun dikelas mulai tak terelakkan, lagi-lagi kaum hawa yang memulai, alias ngegosip, sepertinya tidak sah, kalau mereka tidak teriak-teriak seperti itu. Padahal jika dilihat di sana tidak ada sungai deras, mungkin itu sebuah ritual para kaum-kaum hawa, pikirku.
Siang itu, tepatnya pukul 10.00 Wita kusempatkan untuk berdiskusi dengan salah satu orang teman, ia dari golongan kaum hawa, namanya Sarnia, ia terbilang cukup cerdas dikelas kami, karena pandangan-pandangannya begitu bijak, selain itu ia juga orangnya alim. Diskusi kami belum berakhir dosen yang mengajar jam kedua sudah masuk dalam kelas, ditemani dengan tas yang dibopongnya. LCD yang kian menemani kami dalam belajar, telah terpasang dengan rapinya, dosen pun membuka perkuliahan saat itu, dengan membacakan satu-satu tulisan mahasiswa yang telah dikirim via email. Kami dibuatnya malu-malu karena tulisan kami dipampan nyata, mahasiswa kemudian membacanya satu persatu.
Mendengarkan dosen menjelaskan memang sudah menjadi tradisi akademik, pikirku dalam hati. Aku duduk pas di depan dosen, segala konsentrasiku terfokus pada satu masalah tentang bagaimana penulisan kreatif. Tiba-tiba sesosok lelaki tua dengan rambut yang putih, dilengkapi kemeja putih, cekatan masuk ke dalam kelas memegang penghapus dan menatap ke laptop dosen yang mengajar saat itu. “Saya mau pinjam penghapus.” Hanya itu yang terucap dari bibirnya. Sontak dosen menjawab “Kita pinjam saja Prof.” ia pun berlalu dari pandangan kami. serentak satu kelas di penuhi gelegar tawa, dosen yang mengajar juga ikut tertawa. Betapa tidak seorang dosen bergelar Prof. dan guru besar, masuk kedalam kelas tanpa salam, tiba-tiba ingin meminjam penghapus membuat penghuni kelas sontak kaget. Kami mengira Prof. kami itu ingin menyampaikan hal penting kepada dosen pengajar waktu itu.
Kejadian ini bukan hanya terjadi satu kali, sempat juga kejadian yang sama dialami oleh bapak Edward L. Poelinggomang, waktu itu ia mengajar dengan seriusnya tiba-tiba Prof. ini masuk, dan hendak meminjam penghapus juga. Dosen bersangkutan hanya mengiyakan, meskipun kami juga butuh penghapus. Sebuah tingkah laku unik yang dilakukan oleh dosen berkelas guru besar. Lanjut cerita, momen ini pun menjadi tugas kami dari bapak dosen untuk menceritakan kejadian tadi, meskipun aku sebenarnya sudah tidak kuat lagi melanjutkan perkuliahan, masih terngian tingkah laku Prof. itu. Sebuah kelucuan tetapi tak apalah, memang dari sisi manusia ada hal-hal unik yang tidak diketahui oleh sebagian orang. Akhirnya, perkuliahan berakhir, kejadian tadi tak henti-hentinya menjadi buah bibir bagi mahasiswa.

Penulis,
Makassar, 1 Maret 2014


Anaruddin

2 comments: