Sunday 13 November 2016

Sejatinya,,,

Meratap sunyi, menyondong ke aku
Menggeleng karena aku tak paham
Mereka menyuap, merasuk mendoa
Tak elak, dimana aku berpijak
Masih tak ku paham
Aku sangsi, sejatinya

Masa sesunyi, sedalam hati
Terlena, terusik seadanya
Menggaun rasa
Menyodor tak mungkin menolak
Sejatinya, aku ada
Tak tuan, dalam tak dangkal
Aku, sejatinya

Lagi, tak dua, aku juga tak satu
Mati, itu bukan
Sejatinya, diam tak bersoal
Aku diam, kamu diam
Sejatinya, ada dalam keberadaannya
Aku, dia pasti abadi
Sejatinya...

Wednesday 2 November 2016

Sahabat, Mereka Menyebutnya!!!

Disudut yang gelap aku masih duduk termangu, menatap tawa yang bersimpu di antara bibir yang merona. Malam yang katanya sunyi, tapi malam itu seakan malam yang panjang ditemani segelas teh dan sebungkus rokok. Candaan tak lekang pulang menemani pergumulan yang tiada hari tanpa mencela. Terbahak-bahak menjadi makan malam yang selalu menemani. Ada saja celote yang membuat seisi rumah saling menertawakan. Merekalah sahabat, begitu kita menyebutnya. Tak hanya tawa yang menemani, ketegangan terkadang juga menghampiri. Katanya, itu adalah bumbu persahabatan. Dari sudut lain, mungkin orang-orang mengira kami adalah orang gila, tapi sungguh! kami tidak berakting, karena kebersamaan ini nyata adanya.

Malam berganti pagi, cerutu diantara mereka meledakkan tawa sebagai sarapan pagi dikala itu. Yach...Sahabat, itulah dia yang menemani kebersaman dalam suka dan duka. Marah iya pasti, jengkel tentu ada, ngambek juga biasa. Tapi itulah dia, terpupus karena rasa kebersamaan menjadi perekat. Aku menyebutnya mereka adalah sahabat sejati. Semoga kalian tetap kompak, Sehat selalu!!!


Untukmu yang bahagia selalu, Sahabat Sejati....

Tuesday 1 November 2016

Hujan Menyertaimu

Yang terkasih...

Malam ini hujan turun lagi, membasahi jiwa yang haus akan kerinduan. Pohon-pohon melambai sekan-akan menegaskan bahwa malam ini kau belum lagi di sisiku. Gemerlap malam menambah asyiknya sebuah penantian, meskipun aku terkadang sangsi atas kehadiranmu. Kesabaran yang kau gambarkan, perlahan mulai redup karena mecinta begitu dalam. Sungguh begitu sakit, beginilah rasanya, rasa yang meluap tapi tak tertuan karena jarak yang tak mungkin diperpendek.

Lagi...lagi, aku masih menunggumu dipenantian yang tak berujung. Aku tegar, engkau juga harus tegar karena kita adalah ketegaran yang satu. Rasa sunyi yang kian mendera, ayatnyalah menjadi penyejuk. Aku,,, hujan ini menyertaimu, kutitipkan doa agar engkau tetap bahagia.

Bahagialah selamanya!!!!!!!

Monday 31 October 2016

Aku, engkau, dan Penantian Kita

Ketika semua kumbang menyatakan cinta sejatinya pada setiap bunga yang dihinggapinya. Aku tetap dalam kesabaran, menjaga hati, menunggu masa dimana aku dan dirimu sudah ditasbihkan dalam ikatan yang halal. Karena aku tahu bahwa, janji Tuhan itu pasti. Aku yakin, buah kesabaranku akan menemukan tulang rusuk yang hilang. Hari ini kita masih berproses, karena Tuhan sebaik-baiknya yang menghargai proses.

Aku bukannya iri pada mereka yang dengannya ia bisa berbagi rasa. Tapi lagi-lagi aku menyimpan sebuah kejutan untuk engkau, aku dan kita. Aku menepis senja, menyambut fajar. Merangkai permata yang nanti aku bisa persembahkan untuk dirimu yang jauh di sana. Jika tiba masanya, maka aku akan datang, engkau pun akan datang, kita bertemu di atas altar yang sudah dijanjikan. Karena memang Engkaulah kertasnya dan aku tintanya, mari kita sama-sama mengukir alur cerita kita.

Selamat Malam engkau yang di sana!!! Semoga bahagia...!!!!