Friday, 21 February 2014

HARI TERAKHIR



Teriakan, kegaduhan menyelinap masuk dalam mimpi yang telah kubangun semalaman, membangunkanku dari tidur sesaat setelah jurit malam itu. Kubuka mataku secara perlahan meskipun aku tahu betapa berat rasanya menatap sang surya yang telah naik seperempat hasta dari kepala. Selimut yang melekat di tubuhku masih setia menemaniku, tiba-tiba seorang gadis datang menghampiriku, menarik selimut yang kukenakan saat itu. Aku pun tersungkir, sadar tidak sadar yang teringat hanyalah aku bertelanjang dada, bangun dari pembaringan berjalan keluar dari tenda. Kuraih segayun air hangat hendak membasu muka yang masih dipenuhi beberapa gambar peta di Indonesia. Di sekelilingku, tertawa terbahak-bahak melihat mukaku yang kasat kusut, aku hanya murung tidak menghiraukan kejailan mereka. Pikirku dalam hati, “tiap hari selalu saja ada orang-orang yang menjadi bahan candaaan mereka dan pagi ini aku masuk dalam kategori itu.”
Mungkin diantara kalian ada yang bertanya, memangnya hari itu ada kegiatan apa? Sedikit aku berikan bocorannya, hari itu merupakan hari terakhir dari kegiatan Harmonisasi Alam Prosesi Penerimaan Calon Anggota Baru (PPCA) 2013 UKM-Teater Kampus Unhas (TKU). Kegiatan ini sebagai rangkaian prosesi untuk bisa bergabung dalam kekeluargaan UKM-TKU, tepatnya berlangsung dari tanggal 7-9 Februari 2014 bertempat di Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. Tentunya kalian juga pasti bertanya, posisi aku dalam kegiatan itu? Aku kasih lagi bocorannya, saat itu aku menjabat sebagai ketua panitia. Sudah tahu? Berat rasanya menjadi ketua panitia, banyak hal yang harus dipikirkan dan tanggung jawabnya luar biasa. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah, yang terpenting adalah prosesnya. Aku masih ingat kata guruku di SMA, “pengalaman adalah guru yang paling berharga.” Semoga itu benar-benar adanya.
 Lanjut guys, tadi ceritaku sudah sampai di mana? Masih seputar pembongkaran tenda. Sekarang aku sudah membereskan semua pakaianku dalam tas. Beberapa tenda di sudut lain, ku lihat masih setengah bongkar. Kalian tahu, itu tendanya siapa? Itu tendanya para peserta PPCA 2013. Pekerjaan mereka memang sangat lambat, aku belum sempat memalingkan pandanganku, terdengar suara yang berteriak dengan lantangnya “cepat! Cepat! Yang disana jangan banyak cerita!” Itu suara dari korlap kami alias koordinator lapangan, tetapi tenang orangnnya baik dan santun, suaranya sangat keras karena dia menggunakan pembesar suara, istilahnya toa. Aku hanya tersenyum mendengarkan suara korlap kami. Sebenarnya, para panitia saat itu juga sedang membongkar tenda tetapi karena keterlambatanku bangun sehingga barang-barang sudah dikemas semua oleh panitia lainnya. Meskipun aku malu karena posisiku sebagai ketua panitia yang tidak bisa memberikan contoh baik, tetapi tak apalah. Aku hanya berpikir semua adalah proses.
Waktu semakin berputar, mengiringi aktivitas kami, kicauan burung pun tak henti-hentinya berbunyi menambah asyiknya di kala itu. Kulit yang terjamah oleh sinar matahari tak juga menyurutkan semangat kami. Semua beraktivitas sesuai dengan pembagian kerja, akhirnya semua perlengkapan sudah masuk dalam carrel. Good job! Hanya itu yang bisa saya katakana kepada semua teman-teman panitia dan peserta PPCA 2013. Suara korlap pun terdengar, tak lain dan tak bukan ia menyuru kami untuk melingkar dan berdoa sebelum kepulangan kami ke Makassar.
“Lingkaran sebagai simbol segi yang tak berujung, tak bersudut, dan tidak memiliki akhir. Proses yang kami jalani berada di TKU tidak akan pernah padam, karena segala sesuatu yang kami lalui dalam hidup ini adalah sebuah proses untuk menjadi.” Begitulah intruksi yang kami dengar saat melingkar. Hanya terdengar satu suara yang mengarahkan kami dalam satu titik, mata kepala saat itu di pejamkan dan mata hati kami dibuka untuk melihat kekuasaan sang pencipta yang telah menciptakan makhluk unik seperti manusia.
Saat itu aku tersadar sedang berada dalam lingkaran meditasi senior. Meditasi dipimpin oleh kanda Yayan selaku senior di TKU. Kata akhir yang sempat kudengar dalam meditasi itu “nikmati prosesnya”. Mataku pun terbuka, seketika itu aku beranjak meninggalkan lingkaran itu, dengan sikap cekatan kuraih careel yang menjadi tanggung jawabku. Kalian jangan bertanya lagi! Aku mau kemana? Detik itu, menit itu juga kami meninggalkan lokasi Harmonisasi Alam menuju Makassar. Sepanjang perjalanan, kicauan burung masih saja terdengar seraya ia mengantarkan kepergian kami. Beberapa teman, tak henti-hentinya membuat lulucuan, kami pun tertawa terbahak-bahak diselah-selah perjalanan kami. Kurang lebih 10 menit perjalanan, Bus yang mengantar kami sudah terlihat di ujung jalan sana. Barang-barang kemudian diangkut ke Bus, sedangkan aku sudah terkapar di kursi, tepat berada di sebelah kiri supir waktu itu. Perjalanan selanjutnya pun di mulai, tour Pangkep-Makassar. Terlalu arogan, ketika saya hendak menarasikan semua cerita itu, “sebuah pengalaman yang tidak akan mungkin terulang kembali.”

Penulis,

Anaruddin

No comments:

Post a Comment