Teriakan,
kegaduhan menyelinap masuk dalam mimpi yang telah kubangun semalaman,
membangunkanku dari tidur sesaat setelah jurit malam itu. Kubuka mataku secara
perlahan meskipun aku tahu betapa berat rasanya menatap sang surya yang telah
naik seperempat hasta dari kepala. Selimut yang melekat di tubuhku masih setia
menemaniku, tiba-tiba seorang gadis datang menghampiriku, menarik selimut yang
kukenakan saat itu. Aku pun tersungkir, sadar tidak sadar yang teringat
hanyalah aku bertelanjang dada, bangun dari pembaringan berjalan keluar dari
tenda. Kuraih segayun air hangat hendak membasu muka yang masih dipenuhi beberapa
gambar peta di Indonesia. Di sekelilingku, tertawa terbahak-bahak melihat
mukaku yang kasat kusut, aku hanya murung tidak menghiraukan kejailan mereka.
Pikirku dalam hati, “tiap hari selalu saja ada orang-orang yang menjadi bahan
candaaan mereka dan pagi ini aku masuk dalam kategori itu.”
Mungkin
diantara kalian ada yang bertanya, memangnya hari itu ada kegiatan apa? Sedikit
aku berikan bocorannya, hari itu merupakan hari terakhir dari kegiatan
Harmonisasi Alam Prosesi Penerimaan Calon Anggota Baru (PPCA) 2013 UKM-Teater
Kampus Unhas (TKU). Kegiatan ini sebagai rangkaian prosesi untuk bisa bergabung
dalam kekeluargaan UKM-TKU, tepatnya berlangsung dari tanggal 7-9 Februari 2014
bertempat di Desa Baring Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. Tentunya kalian
juga pasti bertanya, posisi aku dalam kegiatan itu? Aku kasih lagi bocorannya,
saat itu aku menjabat sebagai ketua panitia. Sudah tahu? Berat rasanya menjadi
ketua panitia, banyak hal yang harus dipikirkan dan tanggung jawabnya luar
biasa. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah, yang terpenting adalah prosesnya.
Aku masih ingat kata guruku di SMA, “pengalaman adalah guru yang paling
berharga.” Semoga itu benar-benar adanya.
Lanjut guys,
tadi ceritaku sudah sampai di mana? Masih seputar pembongkaran tenda. Sekarang
aku sudah membereskan semua pakaianku dalam tas. Beberapa tenda di sudut lain,
ku lihat masih setengah bongkar. Kalian tahu, itu tendanya siapa? Itu tendanya
para peserta PPCA 2013. Pekerjaan mereka memang sangat lambat, aku belum sempat
memalingkan pandanganku, terdengar suara yang berteriak dengan lantangnya
“cepat! Cepat! Yang disana jangan banyak cerita!” Itu suara dari korlap kami
alias koordinator lapangan, tetapi tenang orangnnya baik dan santun, suaranya
sangat keras karena dia menggunakan pembesar suara, istilahnya toa. Aku hanya
tersenyum mendengarkan suara korlap kami. Sebenarnya, para panitia saat itu
juga sedang membongkar tenda tetapi karena keterlambatanku bangun sehingga
barang-barang sudah dikemas semua oleh panitia lainnya. Meskipun aku malu
karena posisiku sebagai ketua panitia yang tidak bisa memberikan contoh baik,
tetapi tak apalah. Aku hanya berpikir semua adalah proses.
Waktu
semakin berputar, mengiringi aktivitas kami, kicauan burung pun tak
henti-hentinya berbunyi menambah asyiknya di kala itu. Kulit yang terjamah oleh
sinar matahari tak juga menyurutkan semangat kami. Semua beraktivitas sesuai
dengan pembagian kerja, akhirnya semua perlengkapan sudah masuk dalam carrel. Good job! Hanya itu yang bisa saya katakana kepada semua
teman-teman panitia dan peserta PPCA 2013. Suara korlap pun terdengar, tak lain
dan tak bukan ia menyuru kami untuk melingkar dan berdoa sebelum kepulangan
kami ke Makassar.
“Lingkaran
sebagai simbol segi yang tak berujung, tak bersudut, dan tidak memiliki akhir.
Proses yang kami jalani berada di TKU tidak akan pernah padam, karena segala
sesuatu yang kami lalui dalam hidup ini adalah sebuah proses untuk menjadi.”
Begitulah intruksi yang kami dengar saat melingkar. Hanya terdengar satu suara
yang mengarahkan kami dalam satu titik, mata kepala saat itu di pejamkan dan
mata hati kami dibuka untuk melihat kekuasaan sang pencipta yang telah
menciptakan makhluk unik seperti manusia.
Saat
itu aku tersadar sedang berada dalam lingkaran meditasi senior. Meditasi
dipimpin oleh kanda Yayan selaku senior di TKU. Kata akhir yang sempat kudengar
dalam meditasi itu “nikmati prosesnya”. Mataku pun terbuka, seketika itu aku
beranjak meninggalkan lingkaran itu, dengan sikap cekatan kuraih careel yang menjadi tanggung jawabku.
Kalian jangan bertanya lagi! Aku mau kemana? Detik itu, menit itu juga kami
meninggalkan lokasi Harmonisasi Alam menuju Makassar. Sepanjang perjalanan,
kicauan burung masih saja terdengar seraya ia mengantarkan kepergian kami.
Beberapa teman, tak henti-hentinya membuat lulucuan, kami pun tertawa
terbahak-bahak diselah-selah perjalanan kami. Kurang lebih 10 menit perjalanan,
Bus yang mengantar kami sudah terlihat di ujung jalan sana. Barang-barang
kemudian diangkut ke Bus, sedangkan aku sudah terkapar di kursi, tepat berada
di sebelah kiri supir waktu itu. Perjalanan selanjutnya pun di mulai, tour Pangkep-Makassar. Terlalu arogan,
ketika saya hendak menarasikan semua cerita itu, “sebuah pengalaman yang tidak
akan mungkin terulang kembali.”
Penulis,
Anaruddin
No comments:
Post a Comment